PENELITIAN |
||
|
PERSIAPAN WARGA SOLO MENJELANG PELAKSANAAN PEMILU 2004 Oleh : Joko Subando dan Eko S |
|
|
||
ABSTRAKSI
CENSOR, 2004. PERSIAPAN WARGA SOLO MENJELANG PEMILU 2004. Penelitian Sosial. Kecemasan dan proteksi untuk mengeliminir kecemasan merupakan hal yang terkait ketika kampanye PEMILU berjalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan masyarakat solo terhadap kampanye tahun 2004, mengetahui model atau bentuk proteksi yang disiapkan dalam menghadapi kemungkinan amuk massa. Sejalan dengan tujuan di atas, penelitian sosial ini dilaksanakan dengan metode deskriptip non eksperimen deengan menggunakan teori Interaksionisme simbolik, teknik pengambilan sampel dengan cluster random sampling, teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket dan observasi. Berdasar penelitian dari 115 responden yang ada diperoleh kesimpulan bahwa terdapat 32 responden atau 27,83 % yang merasa cemas ketika kampanye berlangsung. Trauma masa lalu menduduki peringkat pertama penyebab kecemasan masyarakat ( 10 responden atau 31,25 %) kemudian disusul alasan kedua yaitu takut hartanya dijarah massa (8 responden atau 25 %). Banyaknya peserta kampanye yang menggeber-geberkan gas kendaraannya ternyata membuat warga tidak tenang bekerja dan memicu menyeruaknya kecemasan ditengah masyarakat ( 5 responden atau 15,63 %). Sementara itu, 83 responden (72, 17 %) masyarakat merasa tidak cemas dengan kehadiran kapanye. Sebab sebagian besar masyarakat ( 54 responden atau 65, 06 %) melihat kampanye dapat berjalan tertib. Hal lain yang lebih membuat masyarakat tidak cemas walaupun peserta kampanye mengeber-geberkan kendaraannya tetapi mereka tidak menggangu ( 19 responden atau 22,89%). Alasan lain, kinerja satgas dan aparat bagus (1,20%) peserta kampanye sudah mulai menampakkan kedewasaan berpolitikknya ( 1,20%). Dan yang membuat masyarakat tidak cemas lagi karena masa kampanye untuk tahun ini lebih singkat (5 responden atau 6,02%). Sementara itu bagi warga yang cemas, berbagai pelindungan atau proteksi merupakan hal yang sangat penting. Dari data yang diperoleh dilapangan model-model proteksinya adalah sebagai berikut; 33 responden atau 39,76% memanfaatkan jalinan kerjasama dengan masyarakat terutama antara pemilik toko atau shoow room dengan masyarakat dari kampung dibelakangnya. 7 responden atau 8,43 % menjalin kerjasama dengan aparat keamanan, 12 responden atau 14,46% memanfaatkan kerjasama keduanya (warga dan aparata keamanan). Proteksi religius ( 7 responden atau 8,43%) ternyata banyak digunakan oleh warga, mereka pasrah jika terjadi sesuatu yang menimpa aset atau toko mereka.
|
||
Copyright © 2005 All right reserved. Joko
Subando |