PENDIDIKAN

 

 

HOME

Pembelajaran Matematika Dengan Dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Oleh : Joko Subando, S.Si¨

 

ARTIKEL

  • Pembelajaran matematika dengan KBK pada siswa SMP

 
  1. PENDAHULUAN

    Mulai tahun 2004, pemerintah melaunching kurikulum baru yaitu kurikulum berbasis kompetensi yang disingkat KBK. Kebijakan tersebut dikeluarkan karena adanya beberapa pertimbangan, salah satunya adalah adanya era globalisasi yang mau tidak mau menuntut setiap bangsa terlibat didalamnya. Dalam era globalisasi agar bangsa-bangsa tidak hanya sekedar menjadi obyek negara-negara maju maka negara-negara di dunia ketiga termasuk Indonesia harus mempersiapkan segalanya. Salah satunya adalah tenaga atau sumber daya manusia yang handal, mempunyai kompetensi yang unggul, siap mengahdapi perubahan-perubahan ataupun perkembangan terbaru yang ada. Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang demikian jauh-jauh hari sebelumnya, pemerintah dibawah Departemen Pendidikan Nasional mengumpulkan tenaga-tenaga pendidik profesional, pengamat pendidikan, praktisi pendidikan untuk merancang kurikulum baru yang harapannya dengan kurikulum tersebut, pendidikan di negara ini mampu melahirkan anak-anak bangsa yang handa terampil dan siap beradaptasi dengan perkembangan yang ada.

    Kurikulum yang akhirnya bernama KBK tersebut dirancang dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain, tujuan pendidikan nasional., struktur keilmuan, psykologi perkembangan anak dan yang terakhir tuntutan kebutuhan masyarakat. Menurut tujuan pendidikan nasional, sebagaimana yang tercantum dalam UU NO 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Cakap dan berilmu merupakan aspek kognitif, berakhlaq mulia, sehat, beriman dan bertaqwa merupakan aspek afektif, sementara itu kreatif dan mandiri merupakan aspek psikomotorik, berdasar tujuan pendidikan nasional di atas kurikulum baru, sistem pembelajaran dan asesmen pada semua jenjang pendidikan harus mencerminkan ketiga aspek ranah perkembangan anak tersebut.

    Impilkasi penerapan KBK pada siswa yang paling nampak adalah pada sistem pembelajaran dan asesmennya. Sistem pembelajaran dan asesmen harus mengedepankan tiga ranah perkembangan anak yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Karena demikian akibatnya sistem penilaian pun juga harus melibatkan tiga ranah tersebut. Model penilaian yang pas dan cocok untuk hal ini adalan sistem penilaian portofolio. Nah, bagaimanakan sistem pembelajaran matematika dengan basis KBK yang mengedepankan tiga ranah perkembangan anak tersebut? Bagaimana pula model penilaian portofolio?

  2. Pembelajaran matematika dengan dasar KBK pada siswa Sekolah Menengah Pertama

Model pembelajaran matematika mengalami perkembangan-perkembangan. Awalnya model pembelajaran matemnatika memakai model pembelajaran matematika tradisional, ciri umumnya siswa diajari untuk mengasah otak dan menghapal. Kemudian karena adanya pengaruh dari perkembangan matematika internasional terutama adanya penemuan-penemuan baru mengenai teori belajar maka pemerintah menerapkan kurikulum baru yaitu kurikulum tahun 1974. Ciri pembelajaran matematika saat itu mengedepankan belajar bermakna, siswa bukan hanya sekedar menghapal namun mengahapal setelah tahu makna yang dihapal. Kemudian tahun 1984 kembali pemerintah mengeluarkan kurikulum baru dimana ilmu komputer yang saat itu mulai berkembang dimasukkan dalam mata pelajaran matematika dan ilmu kalkulator disisipkan sebagai pokok bahasan dalam mata pelajaran matematika.

Kemampuan hitung-menghitung ternyata belum cukup untuk membekali siswa didik dalam menghadapi kehidupan maka mulai tahun 1994 pemerintah mengeluarkan kebijakan baru dengan menerapkan kurikulum baru dengan ciri umum menyertakan permasalahan permasalahan kontekstual dalam materi pelajaran. Soal-soal cerita disetiap aakhir pokok bahasan merupakan hal yang tak pernah ketinggalan dan mudah dijumpai pada buku-buku pelajaran matematika saat itu. Namun hal ini dirasa juga belum cukup sebab terbukti banyak lulusan yang tidak mampu menyeleasaiakan permasalahan sederhana dalam kehidupannya, akhirnya pemerintah mengeluarkan kurikulum baru tahun 2004 yaitu kurikulum berbaisis kompetensi dengan ciri kusus dalam mata pelajaran matematika yang mengedepankan permasalahan kontekstual dalam mengawali pembelajaran dan ketuntasan belajar dalam setiap kompetensi dasar.

Dalam kurikulum 2004 pembelajaran matematika mempunyai beberapa tujuan khusus antara lain :

  1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi

  2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

  3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

  4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Contoh materi pembelajaran matematika

  1. Pemecahan masalah

    Contoh materi pelajaran kelas I SMP bab Aritmatika sosial

    Pak Anwar mempunyai dua orang anak laki-laki yaitu Ibrahim dan Ahmad. Pada pekerjaan pembangunan rumah, kedua anak pak Anwar berjanji akan membantu dalam pembangunan tersebut. Pak anwar memberi gaji kedua anaknya masing-masing Rp. 7000,00 perhari. Setelah satu minggu pak anwar memanggilnya, apa yang terjadi? Apakah ada kaitannya dengan gaji yang akan diterima kedua anaknya?

    Jawaban dari persoalan diatas dapat dilihat dari aspek kognitif yaitu dengan menghitung gaji kedua anak pak anwar dengan cara mengalikan gaji perhari dengan bilangan tujuh untuk mendapatkan besarnya gaji selama seminggu untuk setiap anaknya. Namun persoalan tersebut juga dapat dilihat dari aspek afektif yaitu mengenai etis dan tidaknya anak membantu orang tua dan maminta upah.

    Contoh pelajaran matematika kelas I SMP Bab operasi Bilangan Pecahan

    Buatlah lima kartu bilangan dengan bilangan 11, 14, 3, 19 dan 9 pada masing-masing kartu. Gunakan bilangan-bilangan tersebut tepat sekali dengan berbagai operasi hitung sehingga diperoleh hasil satu sampai sebelas!

    Jawab (11+14-19+3):9=1

    Soal di atas dapat digunakan untuk melatih kecepatan dan melatih keahlian siswa dalam operasi hitung sehingga siswa terasah aspek psikomotoriknya.

  2. Mengkomunikasikan gagasan dengan topik dalam wujud tulisan

    Contoh materi pelajaran kelas I SMP Bab pecahan

    Soleh makan kue coklat 2/8 bagian loyang, dan Muklis makan kue coklat ¼ bagian loyang. Tetapi Muklis makan lebih banyak dari pada Soleh. Jelaskan mengapa hal ini bisa terjadi padahal 2/8 sama dengan ¼?

    Soal diatas dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menggali gagasan dan mengkomunikasikan gagasannya dalam bentuk jawaban tertulis. Hal lain adalah membuat soal. Membuat soal merupakan hal yang penting bagi siswa, sebab tidak semua siswa mampu melakukan hal yang demikian walaupun siswa tersebut sudah menguasai topik yang diajarkan oleh guru. Kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan topik perlu dilatih dan diajarkan guru kepada siswa. Berikut ini adalah contoh bagaimana melatih siswa untuk membuat soal;

    Buatlah soal cerita dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar yang jawabannya adalah

    (12 x Rp. 350.000,00) – (15% * ( 12 x Rp 350.000,00) = Rp. 3.570.000,00

  3. Pendekatan soal terbuka

Tujuan pembelajaran dari hal ini adalah untuk melihat keragaman pemikiran siswa, melatih siswa berdemokrasi menghormati jawaban siswa yang lain (aspek afektif).

Contoh materi pelajaran kelas II SMP Bab garis-garis lurus

Diberikan tiga fungsi-fungsi berikut ;

Y=1/2 X + 3

Y= -1/2 X + 5

Y= 3 X – 2

Ambil dua dari tiga fungsi di atas dan tentukan sebanyak mungkin persamaan ketiga fungsi tersebut!

Dari berbagai contoh materi pembelajaran matematika di atas, terlihat dengan jelas aspek penerapan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dalam soal-soal matematika.

  1. Penilaian portofolio

Penilaian berbasis kompetensi mempunyai prinsip belajar tuntas (mastery learning), siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik. Dan, salah satu mmodel yang cocok dengan prinsip tersebut adalah model penilaian portofolio.

Model penilaian portofolio menggunakan acuan penilaian kriteria, yang intinya adalah bahwa

  1. Semua anak memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu berbeda.

  2. Standar ketuntasan harus ditentukan terlebih dahulu

  3. Hasil penilaian; lulus dan tidak lulus

Berkaitan dengan ketuntasan, nilai ketuntasan ideal untuk standar kompetensi adalah 100, sementara guru dan sekolah dapat menetapkan nilai ketuntasan minimum secara bertahap dan terencana agar memperoleh nilai ideal. Kemudian nilai ketuntasan minimum per mata pelajaran ditetapkan berdasar tingkat kesulitan dan kedalaman kompetensi yang harus dicapai siswa. Sementara itu siswa yang belum tuntas harus mengikuti program remedial. Model program remedial dapat berbentuk pemberian tugas, pembelajaran ulang plus ujian, belajar mandiri plus ujian, langsung ujian, belajar kelompok dengan bimbingan alumni dan lain sebagainya.

Aspek yang diukur dalam penilaian portofolio adalah tiga ranah perkembangan psikologi anak yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

  1. Perilaku kognitif

Berdasar taxonomi cognitive Bloom, ada enam tingkat kognitif berpikir

  1. Pengetahuan (knowledge) : kemampuan mengingat (misal mengingat rumus)

  2. Pemahaman (comprehension) : kemampuan memahami (menyimpulkan suatu paragrap)

  3. Aplikasi (application) : kemampuan penerapan (misalnya menggunakan informasi/pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah)

  4. Analisis (analysis) : kemampuan menganalisis suatu infomasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil (misalnya menganalisis bentuk, jenis atau arti)

  5. Sintesis (syntesis): kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi kesimpulan (misalnya memformulaisian hasil penelitian)

  6. Evaluasi (evaluation) : kemampuan mempertimbangkan mana yang baik untuk mengambil tindakan tertentu).

  1. Perilaku afektif

    Mencakup penilaian ;perasaan, tingkah laku, minat, kesukaan, emosi dan motivasi.

  2. Perilaku psikomotorik

Mencakup penilaian keahlian. Penilaian psikomotorik dalah penilain pembelajaran yang banyak menggunakan praktek seperti agama, kesenian, olahraga, IPA dan Bahasa, semsntara itu untu mata pelajaran yang tidak ada kegiatan prakteknya tidak ada penilaian psikomotoriknya.

Bentuk instrumen dan jenis tagihan yang digunakan untu penilaian portofolio adalah tes tertulis (obyektif dan non obyektif), tes lisan (wawancara), tes perbuatan (lembar pengamatan), non tes (angket, kuisioener) dan produk/laporan/hasilkarya( daftar cek/pedoman penskoran).

  1. Penutup

Kesimpulan

Dari paparan di atas model pembelajaran matematika dengan dasar kurikulum berbasis kompetensi menuntut pembelajaran yang mengedepankan aspek kognitif, affektif dan psikomotorik. Banyak contoh yang dapat dikemukakan didepan siswa hal-hal yang melatih ketiganya. Ketuntasan di setiap kompetensi dasar merupakan hal yang wajib sebelum siswa meningkat pada kompetensi berikutnya. Sementara itu keberhasilan krikulum tersebut membutuhkan model penilaian yang cocok, dan portofolio merupakan salah satu altenatifnya. Sebeb model penilaian tersebut secara terinci merekam semua kegiatan siswa dari ketiga ranah perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Djemari mardapi, 2004, Implementasi Kurikulum berbasis kompetensi di sekolah lanjutan tingkat atas, Makalah Seminar di HMJ Matematika FKIP UMS

Hatta, Idris, 2004, Matematika Kurikulum 2004, Makalah Seminar di HMJ Matematika FKIP UMS

Ruseffendi, 1996, Materi Pokok Pendidikan Matematika 3, Jakarta, Universitas terbuka

Setyawan, Drs, Mpd, 2004, Pengembangan Silabus dan Penilaian, Makalah Pelatihan menuju kurikulum berbasis kompetensi MGMP Matematika SMP Muhammadiyah se kota Surakarta

Sri Supartinah, 2004, Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar Berbasisi Kompetensi, Makalah Pelatihan menuju kurikulum berbasisi kompetensi MGMP Matematika SMP Muhammadiyah se kota Surakarta

 

Copyright © 2005 All right reserved. Joko Subando
e-mail : zain_alfadany@yahoo.com Hp 081 215 09915